PROMOSI NIH....

Anda Tertarik....? MAU PESAN?

Souvenir Wisuda, Tutup tahun Siswa, gift envelope, Sticker,
or clik: http://goligog.wordpress.com/goligog-on-sale/

PEMESANAN:
Kami melayani pembelian dari seluruh wilayah Indonesia baik via telepon maupun email. Bila Anda menemukan kesulitan untuk berbelanja silahkan hubungi kami via telepon di : 0274-9574480 atau email kami di : aangoligog@yahoo.co.id untuk bantuan.

KEJUJURAN ADALAH MODAL UTAMA KAMI

22 Oktober 2008

Permainan Mengenali Teman

Permainan Mengenali Teman
Peralatan : Kertas kosong, alat tulis untuk tiap peserta
Jumlah Pemain : Berapa saja
Waktu : 10-12 menit
Tujuan : - Saling mengenal secara lebih mendalam
- Berani Mengungkapkan diri
- Melatih kecerdasan
Pemimpin membagikan kertas kosong kepada semua peserta. Seluruh peserta lalu menulis data pribadi mereka (nama lengkap, data keluarga, status, sekolah/pekerjaan, hobi, alamat, dan sebagainya). Setelah itu kertas yang sudah terisi dikembalikan kepada pemimpin. Lalu pemimpin memberikan lagi secara acak kepada peserta. Pemimpin memberikan waktu 2-3 menit kepada para peserta untuk menghafal data pribadi kawannya itu. Kemudian pemimpin menunjuk kepada salah seorang peserta dan bertanya kepadanya tentang data pribadi yang ia terima. Peserta harus mampu menjawab pertanyaan pemimpin. Sementara itu yang memiliki data pribadi harus memperhatikan benar/tidaknya jawabannya.

AM. Patty.
http://goens.edublogs.org/

20 Oktober 2008

Metode Rumah Qurani

Rumah Qurani

Teman-teman semua pecinta quran dimanapun berada, ada sebuah metode yang (mungkin) baru dalam hal menanamkan al-quran dalam kehidupan sehari-hari bagi anak, metode itu disebut “rumah qurani” (maaf loh kalau keliru). Metode ini menyampaikan pesan-pesan ayat quran (potongan) yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (sudah biasa kan?) namun yang unik adalah metode penyampaiannya dengan menggunakan isyarat dan game sehingga anak-anak dapat menikmatinya. Hal ini kebetulan saya lihat sendiri di Bandung, saat saya dan teman-teman dari TK/SD Budi Mulia Dua Yogyakarta pada tanggal 25-27 Agustus 2008 mengunjungi (penggagas metodenya) tepatnya di rumah qurani, Kopo dan Ponpes Babussalam Bandung.
Ingin tahu lebih lengkanya klik aja.

http://rumahqurani.multiply.com


o..iya dan setelah itu akhirnya kami juga mengadakan pelatihan untuk guru-guru di lingkungan perguruan Budi Mulia Dua Yogyakarta pada tanggal 17-19 September 2008. asyik euy.... habis kunjungan terus pelatihan dan ini adalah pelatihan pertama di jogja. ayo fren aja klalen rasakan tantangan metode rumah qurani.

14 Oktober 2008

Budi Mulia Dua Champion Kids" Digelar 7-9 September Lestarikan Budaya Asli Pencak Silat

Sabtu, 08 September 2007
"
SLEMAN, KOMPAS - Kejuaraan Wilayah Pencak Silat Tapak Suci "Budi Mulia Dua Champion Kids" Tingkat Sekolah Dasar se-DI Yogyakarta digelar di SMP Budi Mulia Dua, Ngemplak, Sleman, 7-9 September besok. Kejuaraan ini merupakan media pelestarian pencak silat sebagai budaya asli Indonesia, sekaligus upaya menjaring bibit unggul atlet daerah.
Lomba yang memperebutkan piala bergilir Menteri Pendidikan Nasional ini diikuti oleh 183 atlet putra dan putri dari 32 kontingen yang berasal dari berbagai sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, dan panti asuhan di Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul, maupun Kulon Progo.
Secara khusus, kejuaraan ini juga menjadi ajang kompetisi pencak silat bagi para siswa SD, khususnya yang tergabung dalam Tapak Suci. "Kejuaraan ini memang menjadi wadah kompetisi bagi anak-anak. Apalagi, event kompetisi pencak silat bagi anak-anak usia SD masih jarang diselenggarakan. Terkadang, perlombaan untuk anak-anak disisipkan pada kejuaraan remaja usia SMP atau SMA. Namun, frekuensinya terbatas," kata pelatih Tapak Suci Sleman Dwi Yogo Mardiyanto, Jumat (7/9).
Karena memang tidak ada pertandingan pencak silat kelas khusus bagi anak usia SD, aturan pertandingan dalam kejuaraan wilayah pun disesuaikan dengan kemampuan anak-anak. "Perbedaan ada pada waktu tanding dan pengamanan tubuh," ucap Yono.
Pengamanan tubuh
Pada 10 kategori pertandingan di bagian putra dan delapan kategori pertandingan di bagian putri, pertandingan dimainkan dalam tiga ronde, masing-masing selama dua menit kotor. Untuk pertandingan pencak silat dewasa, masing-masing ronde berlangsung selama tiga menit.
Dari segi pengamanan tubuh, anak-anak memakai pengaman bagi dada dan kemaluan. Berbeda dengan pencak silat Tapak Suci dewasa yang tidak menggunakan pelindung karena memakai prinsip full body contact. Sampai saat ini, pencak silat sendiri masih banyak digemari sebagai olahraga dan seni bela diri yang dipelajari sejak anak-anak. Selain sisi positif yang dapat mematangkan perkembangan fisik dan psikologis anak, sertifikat juara dari kegiatan olahraga yang diikuti juga bisa menambah NEM.
SMP Budi Mulia Dua bahkan sudah memasukkan pencak silat sebagai pelajaran muatan lokal. "Selain mengembangkan pencak silat sebagai budaya asli, penting juga bagi anak-anak untuk belajar seni olah tubuh," kata Kepala SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta Junita Widiati Arfani. (DYA


http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0709/08/jogja/1042158.htm

Murals raise awareness of environmental issues


Claudia Seise , Contributor , Yogyakarta Fri, 09/05/2008 11:30 AM Java Brew


Artists take part in a mural-painting competition at the Budi Mulia Dua elementary school in Yogya. (JP/Claudia Seise)
It was a big, exciting event: The Budi Mulia Dua elementary school in north Yogyakarta decided to organize a mural competition to decorate the 250-meter wall surrounding the school's compound.
Compared to other schools in Yogyakarta and Indonesia, the school sits within an imposing building complex that is more like a college or university than an ordinary school.
Considering the school is a private institution supported by Amien Rais, a former presidential candidate and leading figure during the 1990s Reformation era, the possibilities offered to Yogyakarta's artists to help decorate the school are not that surprising.
The theme for the competition was, "Save the World, Save the Ocean, Save our Forests!" -- themes closely connected to current media issues and topics for international conferences, meetings and World Environment Day.
The school could not have chosen a better topic to be discussed by hundreds of creative people from around Yogyakarta.
Appeals to stop illegal logging in the country, to find a solution to the waste problem in many parts of Yogyakarta -- where garbage is still thrown into waterways or burned, affecting air quality in the city -- as well as a general call to stop trashing our planet, polluting our oceans and begin preserving our forests -- all were present in the mural.
One could see not so much a concern about global warming, often used to drum up fear in the international arena, but for one's very environment and the future of generations to come.
"Try to create cleaner air, so that life becomes more enjoyable!", "Try to plant more trees, so that people have more recreation!" and "Keep waterways clean, so that people and animals do not fall ill!" were slogans -- maybe one could call them wishes -- used in the piece.
The completed wall expressed a more local, collective cry for a cleaner and healthier environment. And one could see artists' awareness that everybody has to do his or her little part for a healthier life, such as cleaning up after themselves.
In a way, the only thing missing was the idea of reducing the use of cars to decrease air pollution.
The idea of "bicycle days" that close down city centers to vehicle traffic, found in some major European cities, might be a good idea for vehicle-free days in Yogya.
Nevertheless, to see hundreds of mostly young people thinking about this issue and coming up with ideas for a painting is already a step toward raising awareness about individual responsibility for our environment.
On another level, environmental education continues with the students of Budi Mulia Dua elementary school themselves, who will enjoy the murals every day.
Hopefully, such a competition, and its ensuing permanent exhibition, will be part of an ongoing process to use creative approaches to address issues that affect everyone in the community.
In the end, challenging people's creativity is probably more effective than a long speech delivered in front of an audience on the verge of sleep.
Interested readers who want to see the mural can visit the Budi Mulia Dua elementary school on Jl. Saturan in Sleman, Yogyakarta.

http://www.thejakartapost.com/news/2008/09/05/murals-raise-awareness-environmental-issues.html