PROMOSI NIH....

Anda Tertarik....? MAU PESAN?

Souvenir Wisuda, Tutup tahun Siswa, gift envelope, Sticker,
or clik: http://goligog.wordpress.com/goligog-on-sale/

PEMESANAN:
Kami melayani pembelian dari seluruh wilayah Indonesia baik via telepon maupun email. Bila Anda menemukan kesulitan untuk berbelanja silahkan hubungi kami via telepon di : 0274-9574480 atau email kami di : aangoligog@yahoo.co.id untuk bantuan.

KEJUJURAN ADALAH MODAL UTAMA KAMI

04 Maret 2009

Sejarah Pembangunan Kakbah (1)

Drs. H. Abd. Salam, S.H., M.Hum

Kakbah sebagai kiblat umat Islam sepanjang masa memiliki autentisitas dan validitas sejarah tertua di muka bumi. Ia merupakan situs sejarah yang berkaitan dengan agama tertua sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, banyak ahli sejarah berusaha mengungkap fakta tersebut dengan berbagai metode penelitian dan penulisan sejarah yang standar akurasinya cukup tinggi.

Nama Kakbah
Selain sebutan Kakbah itu sendiri, Al-Qur’an menyebutnya dalam berbagai nama, di antaranya: Al-Bait, Baitullah, Al-Bait Al-Haram, Al-Bait Al-‘Atiq, dan Qiblat. Secara berurutan, nama-nama untuk Kakbah tersebut dapat dibaca dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah: 97, Ali Imran: 96, Al-Baqarah: 125: Al-Hajj: 29, 33, dan Al-Baqarah: 144.1. Kakbah.
Dinamakan Kakbah,
1.karena beberapa sebab: bentuknya yang persegi empat di mana pada umumnya orang-orang Arab menyebut setiap rumah berbentuk persegi empat dengan “Kakbah”; karena ketinggiannya dari tanah; karena bangunannya terpisah dari bangunan-bangunan lain.
2. Al-Bait atau Baitullah.Imam Al-Qurthubi menegaskan bahwa menisbatkan Kakbah kepada “rumah Diri-Nya (Baitullah) adalah dalam rangka mengagungkan dan sekaligus memuliakan-Nya, yaitu nisbatnya makhluk kepada Penciptanya.
3. Al-Bait Al-Haram.Menurut Ibnu Al-Jauzi, dinamakan Bait Al-Haram, karena adanya larangan berburu dan mencabut pepohonan di dalamnya, sehingga kesuciannya terjaga.
4. Al-Bait Al-‘Atiq.Dinamakan Bait Al-‘Atiq, karena merupakan rumah pertama di muka bumi yang dibangun untuk menyembah Allah, dan karena Allah telah menyelamatkannya dari bencana banjir. Bait Al-‘Atiq juga bisa dimaknai sebagai rumah yang bebas, karena tidak ada orang yang pernah mengaku sebagai pemiliknya, kecuali Allah. Selain itu, Al-‘Atiq juga bermakna bahwa di dalamnya Allah membebaskan (yu’tiqu) orang-orang dari adzab-Nya.
5. Qibalat.Dinamakan Qiblat, karena ia adalah arah yang dituju untuk menghadap ketika orang Islam menjalankan shalat, sebagaimana Allah sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 144.Pembangunan KakbahDalam banyak riwayat disebutkan bahwa Kakbah dibangun (direnovasi) sebanyak 12 kali sepanjang sejarahnya. Riwayat-riwayat tersebut ada yang bisa dipercaya, tetapi ada juga yang diragukan. Di antara nama-nama yang patut dipercaya membangun dan merenovasi Kakbah ialah: para malaikat, Nabi Adam, Nabi Syith, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Al-‘Amaliqah, Jurhum, Qushay bin Kilab, Quraisy, Abdullah bin Zubair (65 H), Hujjaj bin Yusuf (74 H), Sultan Murad Al-Usmani (1040 H), dan Raja Fadh bin Abdul Aziz (1417 H).Mengenai kondisi Kakbah dari masa Nabi Adam sampai dibangunnya kembali oleh Nabi Ibrahim, terdapat Hadits Qudsy diriwayatkan oleh Abdullah bin umar. Ketika menurunkan Nabi Adam dari surga, Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku menurunkanmu bersama dengan sebuah rumah atau tempat yang di sekelilingnya digunakan thawaf sebagaimana halnya ‘arsy-Ku. Ketika ada badai, maka ia diangkat. Para nabi mengerjakan haji, tetapi mereka tidak mengetahui tempatnya. Lalu diberikannya Rumah itu kepada Ibrahim dan ia membangunnya di atas bumi dari lima buah gunung: Hira, Tsabir, Labanan, Thur, dan Khair” (Majma’ Al-Zawaid, III: 235).Dalam kitab At-Tarikh Al-Qawim (II: 399), keberadaan lima gunung tersebut dijelaskan bahwa Tsabir berada di sebelah kiri jalan dari Makkah ke Mina, dari hadapan gunung Hira sampai dengan ujung Mina. Sedangkan Labanan adalah dua gunung di dekat Makkah (Ma’alim Makkah At-Tarikhiyyah, h. 235). Adapun Thur Sinai berada di Mesir.Selain itu, Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya suatu ketika Nabi Ibrahim berjalan hingga sampai di suatu lembah di mana ia tidak melihat Kakbah di situ. Padahal, wajahnya dihadapkan ke arahnya. Lalu, sambil mengangkat tangannya, ia berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian anak keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat Rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (Q.s. Ibrahim: 37).Nabi Ibrahim berdoa demikian setelah ia meninggalkan Ismail dan ibunya di lembah tersebut. Ketika wajahnya menghadap ke Kakbah dan berdoa, hal demikian menunjukkan bahwa Kakbah telah ada sebelum kehidupan Nabi Ibrahim. Hanya saja, waktu itu, Kakbah telah hancur dan yang tersisa hanya pondasinya. Di atas pondasi itulah kemudian Nabi Ibrahim dan anaknya membangun kembali Kakbah.

Renovasi kakbah
Setelah beribu-ribu tahun lamanya, kita baru membuktikan bahwa ternyata pondasi Kakbah sejak pertama kali dibangun hingga Nabi Ibrahim dan Ismail membangunnya kembali sangat luar biasa kuat (Q.s. Al-Baqarah: 127). Di atas pondasi itulah, Kakbah dibangun dan direnovasi berkali-kali hingga sekarang.Mengomentari hal ini, Yazid bin Marwan berkata: “Aku menyaksikan Ibnu Zubair ketika menghancurkan dan membangunnya kembali. Ia memasukkan pondasi itu batu-batu dan aku melihat pondasi peninggalan Nabi Ibrahim layaknya punggung-punggung unta” (HR. Bukhari).Dari Hadits ini dapat disimpulkan bahwa Ibnu Zubair merenovasinya kembali tetap di atas pondasi lama. Kemudian, pada tahun 1417 H, pondasi tersebut dibongkar pada kedalaman kira-kira 1,40 cm. Ternyata, ditemukan bahwa batu-batu pondasi peninggalan Nabi Ibrahim sangat kuat dan melekat erat tanpa bahan perekat dengan bentuknya seperti punggung-punggung unta (Daur Al-Jami’, h. 78-82).Renovasi kembali Kakbah oleh Kaum Quraisy pada tahun 18 sebelum Hijrah memiliki keistimewaan tersendiri. Di antaranya ialah, mereka bersepakat agar proses renovasi ini hanya melibatkan orang-orang yang bersih saja. Mereka menolak apa pun (termasuk dana) dari orang-orang yang berbuat keji, memakan riba, dan berbuat dlalim terhadap sesama. Dalam renovasi ini, Kaum Quraisy berhasil meninggalkan pintu Kakbah untuk memudahkan siapa saja yang ingin masuk, sekaligus menutup pintu belakang yang berhadapan lurus dengan pintu utama. Di samping itu, mereka juga memberi atap Kakbah, karena banyak orang yang masuk dari atas dan mencuri barang-barang berharga di dalamnya. Juga dibuat saluran air di atas Hijir Ismail dan posisi Kakbah ditinggikan menjadi 8,64 meter dari tinggi sebelumnya yang hanya 4,32 meter.Catatan Tarikh Nabi yang paling berharga dalam renovasi ini adalah keterlibatan Muhammad “Al-Amin” (yang dapat dipercaya) sebagai orang yang disepakati oleh Kaum Quraisy yang berhak mengangkat Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Diriwayatkan bahwa di saat renovasi selesai, maka tugas akhir pembangunan adalah meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Bagi mereka, Hajar Aswad adalah sebuah simbol status sosial, baik personal maupun komunal, yang senantiasa diperebutkan oleh kabilah yang terlibat dalam proses pembangunan Kakbah.Telah terjadi perselisihan yang tajam di antara kabilah-kabilah Quraisy dan hampir saja berbuah pada pertumpahan darah. Perselisihan tersebut tentang siapakah yang layak menempatkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Mereka kemudian mencari solusi dengan qur’ah; bersepakat menentukan siapa saja yang pertama masuk masjid melalui pintu Bani Syaibah, maka itulah orang yang berhak mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad ke tempat asalnya. Ternyata, Muhammad-lah orangnya. Mengetahui berita tersebut, maka bergembiralah kaum Quraisy. Ternyata, orang yang masuk pintu Bani Syaibah adalah pemuda bernama Muhammad bin Abdullah yang bergelar “Al-Amin.” Untuk memberikan kepuasan kepada segenap kabilah, maka dibentangkanlah sorban beliau pada setiap sudutnya. Kemudian, diminta setiap ketua-ketua kabilah untuk memegang dan menggotongnya dari tempat penyimpanan sementara. Pada akhirnya, Muhammad sendiri yang menempatkan Hajar Aswad itu pada tempatnya semula.lKetua PDM Bondowoso
www.suara-muhammadiyah.com

Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [Al Maidah: 97]

Ka’bah:Bangunan kecil berbentuk kubus yang diberi nama Ka’bah tidaklah sebanding dengan gedung pencakar langit atau rumah besar, tetapi ia mempunyai pengaruh besar yang tidak ada bandingannya dalam sejarah manusia. Ka’bah adalah bangunan tempat seluruh umat Muslim dunia menghadapkan wajahnya sebanyak 5 (kali) sehari dalam sembahyangnya. Ritual ini berlangsung sejak datangnya perintah Allah melalui Rasul pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW lebih dari 1400 tahun yang lalu.

UKURAN KA’BAH:
Tinggi Ka‘bah saat ini adalah 39 feet, 6 inches = 627 square feet.Ruangan dalam Ka’bah berukuran = 13X9 meters.Tebal dinding Ka’bah = 1 meter.Lantai Ka’bah tingginya 2.2 meters di atas lantai dasar dimana orang-oeang melaksanakan Tawaaf.Plafon dan atapnya dua tingkat dan terbuat dari kayu jati dan dibalut dengan besi anti karat (stainless steel).Dindingnya terbuat dari batu, dinding batu bagian luar sudah diperhalus permukaannya, sedangkan dinding sebelah dalam dibiarkan seaslinya tanpa polesan.Bangunan kecil yang disucikan ini pertama kalinya dibangun oleh Nabi Ibrahim AS, kemudian Allah memerintahkannya untuk diperbesar. Kemudian diperbesarlah bangunan ini oleh Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS. Setelah beberapa abad akhirnya bangunan suci ini diperbaiki oleh Nabi Muhammad SAW.

–Rekonstruksi dijaman Quraisy–
Para ahli sejarah Arab mengatakan bahwa Ka’bah telah direkontsruksi sebanyak 12 kali. Pembangunan yang paling pertama sekali dilakukan oleh Nabi Adam AS setelah beliau diturunkan dari surga. Allah telah berfirman dalam Al Quran bahwa inilah bangunan yang paling pertama kali dibangun untuk menyembah Allah dimuka bumi. Setelah itu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS memperbaiki dan memperbesarnya atas perintah Allah.
Setelah berlalu masa-masa kenabian mereka, selanjutnya Ka’bah dipegang oleh orang-orang Quraisy dan mereka keluar dari agama Ibrahim kembali menyembah berhala dan Ka’bah-pun ikut serta diletakkan patung-patung berhala didalamnya.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah SAW, beliau sempat ikut serta dalam pembangunan Ka’bah. Bangunan Ka’bah yang berada dibawah lembah bukit tentu saja tidak aman dari terjangan banjir, termasuk kerusakan akibat adanya peperangan antar suku dijaman jahiliyah. Suatu ketika banjir datang dan menyebabkan dinding Ka’bah rusak dan retak. Tanggung jawab untuk memperbaikinya adalah dipegang bersama oleh 4 suku Quraisy. Setelah selesai pekerjaan perbaikan dinding, maka yang tertinggal adalah pemasangan batu Hajar Aswad di sisi timur Ka’bah. Keempat suku ini hampir terlibat perang hanya karena merebut ingin memasang Hajar Aswad. Kemudian tetua adat mereka Abu Umayyah menunjuk Nabi Muhammad SAW yang saat itu terkenal karena kejujuran beliau sehingga bergelar “AL AMIN” untuk menyelesaikan perkara ini. Nabi Muhammad SAW kemudian mengambil kain selendang lalu diletakkan beliau Hajar Aswad diatas selendang tersebut, lalu meminta keempat kepala suku agar mengangkat batu tersebut dengan masing-masing berpegang pada ujung selendang. Kemudian Nabi Muhammad SAW sendiri yang memasang Hajar Aswad kedindingnya. Hal ini sangat menggembirakan seluruh suku dan mereka sangat puas dengan kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW ini.
Karena Suku Quraisy tidak mempunyai dana yang cukup untuk memperbaiki Ka’bah, sehingga pembangunan Ka’bah dijaman (sebelum Nabi SAW diangkat) ini hanya memperbaiki dindingnya dan tidak termasuk perbaikan pondasi Ka’bah sebagaimana telah dibangun oleh Nabi Ibrahim AS. Sehingga bentuk Ka’bah berubah menjadi kubus (cubic) dan tidak persegi empat (square) sebagaimana sebelumnya.
Bagian luar yang sekarang disebut Hateem dibangun setelah masa keRasulan Nabi Muhammad SAW berakhir. Hateem dibangun oleh Abdullah ibn az-Zubayr. Lalu terjadi perang dan tentara Syria menghancurkan Ka’bah pada Muharram 64 Hijriah, dan sebelum masuk musim Haji, Abdullah ibn az-Zubayr membangun ulang Ka’bah dari dasar.
Rekonstruksi oleh Abdullah bin ZubairKemudian dimasa pemerintahan Ibn az-Zubayr ia menginginkan Ka’bah seperti yang diinginkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu di pondasi milik Nabi Ibrahim AS. Ibn az-Zubayr berkata, “Aku mendengar Aa’ishah (istri Nabi SAW) bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Kalau tidak karena kaummu baru saja meninggalkan kekufuran, niscaya aku telah meruntuhkan Ka’bah lalu membangunnya kembali diatas pondasi Ibrahim AS [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan Ad Darami]. Sebab orang-orang Quraisy dahulu ketika membangun Baitullah tidak menyempurnakannya. Danaku juga akan membuat sebuah pintu belakang.
Rekonstruksi oleh Abdul Malik bin MarwanSetelah Ibnu Zubair membangun ulang Ka’bah, selanjutnya ketika ia sudah meninggal dan kekhalifahan diduduki oleh pemimpin baru, maka pemimpin baru inipun juga merubah Ka’bah sesuai pendapat mereka.
Pada tahun 74 Hijriah (693 Masehi) penguasa zalim Al Hajjaj bin Yusuf al Thaqafi dengan persetujuan Khalifah Bani Umayyah yaitu Abdul Malik bin Marwan, kemudian menghancurkan apa-apa yang telah dibangun Ibnu Zubair dan mengembalikannya ke pondasi milik Quraisy. Setelah Abdul Malik bin Marwan datang ber-umrah dan ia mendengar kata-kata ahli hadis tentang sabda Rasulullah SAW yang dipegang Ibnu Zubair, maka menyesallah ia atas persetujuannya terdahulu.
Ketika zaman Imam Malik dan Mazhab Maliki berpengaruh ditanah Mekkah, beliau adalah penasehat Khalifah Harun al Rasyid. Ketika khalifah ingin membangun ulang Ka’bah sebagaimana hadis Rasulullah SAW seperti yang pernah Abdullah bin Zubair lakukan, ia minta fatwa kepada Imam Malik. Sang Imam menasehatinya agar tidak usah membangun ulang Ka’bah karena sudah terlalu sering dihancurbangunkan, sehingga seakan-akan tidak menghormati Allah dan berakibat Ka’bah dianggap mainan yang pastinya akan diubah-ubah pula oleh Khalifah-khalifah mendatang. Atas nasehat ini, Harun al Rasyid membiarkan Ka’bah seadanya.
Struktur bekas zaman Abdul Malik bin Marwan ini bertahan hingga 966 tahun hanya dengan perbaikan kecil disana sini.
Rekonstruksi oleh Sultan Murad KhanPada tahun 1039 Hijriah, setelah banjir besar dan longsoran batu bukit, dua dari dinding-dinding Ka’bah retak-retak. Banjir yang terjadi 19Shaban 1039 Hijriah berlangsung lama, sehingga air yang tergenang mencapai setengah dari tinggi Ka’bah sekitar 10 kaki dari lantai dasar. Pada Kamis 20 Shaban 1039 Hijriah, dinding barat dan timur runtuh. Ketika banjir surut pada Jumat 21 Shaban, pembersihan dilakukan. Kembali Ka’bah dibangun sebagaimana Abdullah ibn az-Zubayr membangunnya dengan 4 pillar. Pembangunan dimulai pada 26 Ramadan. Seluruh dinding dihancurkan kecuali dinding yang ditempatkannya Hajar Aswad.
Pada tanggal 2 Zul-Hijjah 1040 Hijriah pembangunan Ka’bah dibawah petunjuk Sultan Murad Khan, Khalifah Ottoman. Pembangunan Ka’bah mengikuti kontsruksi Ibnu Zubair sebelumnya.
Rekonstruksi oleh King Fahd bin Abdul AzisRekonstruksi besar-besaran dilakukan pada bulan May 1996 hingga Oktober 1996 oleh King Fahd bin Abdul Azis, yaitu 400 tahun sejak renovasi oleh Sultan Murad Khan.Selama pembangunan ini, bagian yang masih asli dari bangunan Ka’bah adalah batu hitam (Hajar Aswad) semua material lainnya sudah diganti termasuk langit-langit dan atap kayu.

APA YANG ADA DI DALAM KA’BAH DI ABAD MILLENIUM INI?
1. Ada tiga pilar penyangga
2. Ada sebuah meja untuk tempat meletakkan minyak wangi
3. Dipasang lampu lentera tergantung di atas langit-langit
4. Ruangan Ka’bah cukup untuk dimasuki 50 orang
5. Tidak ada lampu listrik6. Lantai dan dinding dipasangi marmer
7. Tidak ada jendela8. Hanya ada satu pintu keluar masuk
9. Dinding Bagian luar ditutupi dengan tirai kain berwarna hitam, bersulam benang emas dengan kaligrafi Quran padanya, kain ini kemudian disebut dengan nama GHILAAF.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Evaluasi dan perbaikan datangnya darimana saja dan siapa saja, termasuk ANDA! thanks.